MESIN PERONTOK PADI
(THRESER)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan
akan mekanisasi pertanian semakin meningkat seiring dengan makin
langkanya tenaga kerja pertanian dan adanya kenaikan upah yang nyata di
pedesaan terutama di daerah dengan intensitas tinggi. Indikator paling
sederhana untuk mengukur bahwa mekanisasi pertanian makin dibutuhkan
dapat dilihat dari meningkatnya jumlah alsintan yang digunakan terutama
di daerah intensifikasi. Selama periode 1973 sampai sekarang, jumlah
alsintan pra dan pasca panen terus meningkat. Seperti penggunaan traktor
dari tahun ke tahun terus meningkat, berbeda dengan jumlah alat
perontok (Threser) masih sangat sedikit dan tidak sebanding dengan luas
areal intensifikasi padi sawah. Padahal alat perontok padi (Threser) ini
sangat berperan dalam mengurangi tingkat kehilangan hasil padi untuk
peningkatan mutu dan nilai tambah.
Dalam
usahatani padi, thresher merupakan alat untuk merontokkan padi menjadi
gabah. Alat ini merupakan alat bantu bagi tenaga kerja untuk memisahkan
gabah dengan jeraminya, sehingga penggunaan pedal thresher menjadi satu
kesatuan dengan tenaga kerja panen. Terdapat dua jenis thresher berdasar
alat penggeraknya yaitu (1) Secara manual dengan menggunakan pedal
(pedal thresher) dan (2) digerakkan dengan mesin (power threser).
Penggunaan threser untuk merontok padi tidak dapat dipisahkan dengan
perkembangan varietas unggul baru berumur pendek dan mudah rontok.
Mesin
perontok padi dikenal juga dengan Power Thresher adalah jenis mesin
perontok yang telah terbukti handal dan sangat cocok dengan berbagai
jenis lahan persawahan di Indonesia. Mesin perontok jenis ini telah
banyak digunakan oleh petani di seluruh nusantara karena keunggulannya
yang praktis dan mudah dipindahkan dari lahan satu lainnya. Digerakkan
dengan mesin bertenaga diesel.
1.2 Tujuan penulisan makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
· Memberikan
wawasan dan ilmu pengetahuan kepada mahasiswa tentang malat dan mesin
perontok (Thresher), khususnya mesin perontok padi.
· Mahasiswa mampu memahami kinerja /watak laku teknis dari mesin perontok padi (Thresher)
· Mahasiswa mengetahui spesifikasi mesin perontok padi dalam kaitannya dengan penggunaan mesin tersebut.
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah :
· Mahasiswa mampu mengenali dan memahami prinsip kerja dan perilaku teknis dari mesin thresher tersebut.
· Mahasiswa mampu mengaplikasikan mesin thresher ini dilapangan.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
2.1. Mekanisasi Pasca Panen
Proses
pasca panen adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah
pemanenan. Proses-proses tersebut dapat berupa perontokan, pembersihan,
pengeringan serta penyimpanan dan pengangkutan.
Untuk
tanaman padi petani banyak menggunakan alat pemanen manual, misalnya
ani-ani atau sabit meskipun dapat pula digunakan alat pemanen mekanis
meskipun sangat jarang dilakukan petani di Indonesia. Pemilihan
penggunaan alat-alat pemanen tersebut tergantung pada proses dan
ketersediaan alat pemroses pasca panen. Misalnya apabila digunakan alat
ani-ani maka perontokan bulir biasanya dilakukan dengan cara penumbukan.
Sedangkan penggunaan sabit apabila perontokan dilakukan dengan cara
dipukul-pukulkan ke tanah (gebod) atau denga menggunakan alat perontok baik manual atau otomatis.
Gambar 1. Contoh ilustrasi berbagai macam peralatan panen secara manual
2.2 Tujuan Perontokan
Proses
perontokan padi adalah aktivitas kerja dari sebuah sistem manusia-mesin
yang dilaksanakan secara manual. Disini kinerja proses akan sangat
tergantung pada sepenuhnya pada manusia, baik dalam hal penggunaan
tenaga maupun pengendalian kerja. Proses kerja dilakukan dengan
menggunakan bantuan fasilitas/peralatan kerja berupa mesin perontok padi
(thresher) yang pengoperasiannya sangat ditentukan oleh kinerja operator yang umumnya bekerja dengan posisi berdiri.
Secara
umum, tujuan perontokkan adalah untuk mengurangi kehilangan gabah saat
perontokan dan mengurangi kerusakan (pecah) butir gabah sehingga petani
memperoleh nilai tambah dalam usahataninya (Purwadi, 1990).
Proses
perontokan dilakukan apabila hasil panen diperoleh dalam bentuk malai
(tangkai) seperti padi ataupun kedelai. Proses perontokan yang tertua
secara manual dilakukan dengan cara memukul-mukulkan tanaman yang telah
dipanen pada batang kayu dengan dialasi tikar. Di beberapa daerah
terutama di Jawa perontokan dilakukan dengan cara menginjak-injak
tanaman yang telah dipanen., baru setelah itu kemudian dikenal suatu
alat perontok lebih maju yang dapat digerakkan secara manual dengan cara
diengkol sehingga disebut pedal tresher ataupun secara mekanis (power tresher).
2.3. Perkembangan Power Thresher
Kegiatan
perontokan padi dilakukan setelah kegiatan panen menggunakan sabit atau
alat mesin panen (reaper). Kegiatan perontokan ini dapat dilakukan
secara tradisional (manual) atau menggunakan mesin perontok. Secara
tradisional kegiatan perontokan akan menghasilkan susut tercecer yang
relatif besar, mutu gabah yang kurang baik, dan membutuhkan tenaga yang
cukup melelahkan. oleh karena itu, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, telah diciptakannya suatu mesin yang digunakan untuk
merontokkan hasil panen, seperti padi,jagung dsb. Mesin perontok
dirancang untuk mampu memperbesar kapasitas kerja, meningkatkan
effisiensi kerja, mengurangi kehilangan hasil dan memperoleh mutu hasil
gabah yang baik. Bermacam – macam jenis dan merk mesin perontok padi
dapat dijumpai di indonesia, mulai dari yang mempunyai kapasitas kecil,
sedang, hingga kapasitas besar.
Berbagai macam jenis mesin perontok padi (Thresher), yaitu :
1. Pedal Thresher (Thresher Semi Mekanis)
2. Power Thresher (Thesher Mekanis)
1.1 Pedal Thresher (Thresher Semi Mekanis)
Thresher
jenis pedal ini mempunyai konstruksi sederhana, dapat dibuat sendiri
oleh petani dan cukup dioperasikan oleh satu orang serta mudah dijinjing
ketengah lapangan/ sawah. Pada umumnya hanya dipakai untuk merontok
padi.
Dengan menggunakan pedal tresher maka
didapat beberapa keuntugan, yaitu selain menunjukkan hasil lebih baik
juga menunjukkan efisiensi waktu dan tenaga lebih tinggi serta
kehilangan bulir yang lebih rendah.
1.1. 1 Spesifikasi Pedal Thresher :
§ Mampu menghemat tenaga dan waktu
§ Kebutuhan operatus 1 (satu) orang
§ Mudah dioperasikan dan akan mengurangi susut tercecer
§ Kapasitas kerja : 75 kg hingga 100 kg per jam
Gambar 2. Contoh ilustrasi alat perontok padi jenis pedal thresher.
Gambar 3. Perontokan padi dengan pedal thresher
1.1.2 Prinsip Kerja Pedal Thresher
Prinsip
dasar alat perontok ini adalah merontokkan bulir dari malai atau
tangkai tanaman dengan menarik-nariknya dengan menggunakan suatu
silinder putar yang dilengkapi gigi-gigi. Silinder diputar dengan
menggunakan rantai yang dihubungkan dengan engkol (untuk perontok
manual) atau poros mesin yang berputar. Gabah yang telah dirontokkan
langsung ditampung dalam karung. Kapasitas perontok manual dapat
mencapai 67 kg per jam dengan kebersihan 80%, sedangkan alat perontok
mesin dapat mencapai 300 kg/jam dengan tingkat kebersihan 95%.
2.1. Power Thresher (Thresher Mekanis)
Mesin
Power Thresher (Mesin Perontok Padi) adalah jenis mesin perontok yang
telah terbukti handal dan sangat cocok dengan berbagai jenis lahan
persawahan di Indonesia.
Gambar 4. Contoh ilustrasi alat perontok padi jenis power thresher
Alat
dan Mesin Pertanian (mesin perontok padi) dapat memberi kontribusi yang
cukup berarti dalam rangka meningkatkan keuntungan usahatani padi
sawah. Unsur-unsur yang mendukung peningkatan keuntungan adalah
kecepatan proses perontokan dan pembersihan sehingga menghemat waktu.
Lebih penting lagi power thresher terbukti dapat mengurangi kehilangan
gabah saat perontokan dan mengurangi kerusakan (pecah) butir gabah
sehingga petani memperoleh nilai tambah dalam usaha taninya.
Gambar 5 : Power Thresher
2.1.1. Spesifikasi Thresher Mekanis:
- Tenaga penggerak : Mesin diesel atau bensin 5,5 HP s/d 6 HP
- Berat keseluruhan : 110 kg
- Panjang X Lebar X Tinggi : 1325 X 965 X 1213
- Kapasitas kerja : 500 hingga 600 kg per jam Padi 350 hingga 450 kg per jam Kedelai 700 hingga 1000 kg per jam Jagung
- Kecepatan putar silinder : o padi 600 rpm
o kedelai 600 – 650 rpm
o jagung 650 – 700 rpm
Kebutuhan tenaga : 3 sampai 4 orang
§ Kebutuhan bahan bakar : 0,9 liter per jam bensin 1,0 liter per jam solar
2.1.2 Prinsip Kerja Pedal Thresher
Power
Thresher ini dapat dipakai untuk merontok biji-bijian (padi, jagung dan
kedelai) dan dilengkapi dengan pengayak sehingga biji – bijian yang
dihasilkan relatif bersih. Power thresher ini yang selanjutnya
berkembang dan beredar di pasar indonesia dengan modifikasi yang berbeda
– beda tergantung kepada merk dan model yang dikembangkan oleh masing –
masing pabrikan.
2.3. Petunjuk Operasional
2.3.1 Petunjuk keselamatan kerja :
1. Jalankan
thresher hanya bila operator benar – benar telah memahami cara
pengoperasiannya. Gunakan buku petunjuk ini sebagai panduan.
2. Sebelum
menjalankan thresher, yakinkan bahwa lingkungan sekitar aman dan ingat
bahwa gas dari knalpot di ruangan yang tertutup sangat berbahaya.
3. Jaga bagian tubuh (tangan, lengan, rambut dan kaki) dari sentuhan komponen
mesin yang berputar. Kenakan pakaian yang tidak longgar supaya tidak tersangkut bagian mesin yang berputar.
4. Gunakan
masker penutup hidung agar terhindar dari debu yang ditimbulkan sewaktu
proses perontokan berlangsung. Dan rambut yang panjang sebaiknya diikat
supaya tidak terjepit oleh bagian mesin yang berputar.
5. Jangan bekerja pada mesin yang kondisinya buruk (mur, baut kendor, dan lain-lain).
6. Tangki
bahan bakar diisi secukupnya, jangan sampai melimpah, dan jangan
mengisi bahan bakar sewaktu mesin dalam keadaan hidup, jangan memakai
lentera, dan jangan merokok, dsb)
7. Apabila
menggunakan mesin diesel dengan pendingin air, usahakan uap air pada
tangki pendingin tidak berpengaruh terhadap bahan yang akan/ sedang
dirontok.
8. Apabila
menggunakan mesin diesel dengan penggerak listrik, periksa terlebih
dahulu kesempurnaan seluruh rangkaian kelistrikan, bahaya hubungan
pendek arus listrik dapat menimbulkan kebakaran.
9. Sediakan selalu kotak perlengkapan PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan).
2.3.2 Petunjuk Operasional Mesin Perontok (Power Thresher)
A. Prosedur Sebelum Pemakaian
· Taruhlah
mesin ditempat yang rata, dekat dengan tumpukan hasil yang akan
dirontok, bila perlu taruhlah alas terpal/ lembaran plastik di bawah
mesin, untuk mengurangi susut karena tercecer.
· Taruhlah dan posisikan mesin sedemikian rupa sehingga kotoran akan keluar searah dengan arah angin.
· Untuk
mengurangi susut tercecer posisikan mesin menghadap dinding atau
buatlah dinding buatan berupa lembaran plastik/ anyaman bambu didepan
mesin sedemikian rupa sehingga butiran bijian yang terlempar dapat
dikumpulkan.
· Bukalah
penutup mesin dan periksalah : drum, semua gigi perontok, konkaf,
bersihkan bagian dalam mesin dari kotoran dan benda asing yang sekiranya
akan mengganggu dan merusak mesin dan juga berbahaya bagi operator.
· Putarlah drum perontok dengan tangan sehingga yakin tidak ada yang lepas atau bersentuhan/ bergesekan.
· Periksalah
ketegangan dan garis lini sabuk puli, bila sabuk tidak dalam satu garis
lini dan ketegangan tidak tepat maka sabuk puli akan cepat rusak
sebelum waktunya. Untuk permukaan puli yang kasar sebaiknya diamplas dan
bila puli retak, sebaiknya segera diganti.
· Lumasilah
semua bantalan dengan minyak pelumas atau pasta pelumas, periksa juga
secara menyeluruh terhadap kemungkinan adanya mur, baur yang kendor.
· Periksalah mesin apakah sudah cukup oli dan bahan bakarnya.
B. Cara Kerja Mesin Perontok (Power Thresher)
· Setelah
semuanya siap, star/ hidupkan mesin, biarkan sebentar mesin tanpa
muatan. Periksalah posisi unit keseluruhan mesin, jangan sampai bergeser
akibat getaran atau berpindah tempat.
· Masukkan
sedikit bahan asupan untuk memeriksa kemampuan alat, tambah kecepatan
putar (rpm) drum perontok bila ternyata masih ada biji – bijian yang
belum terontok.
· Setelah
mesin siap dioperasikan, masukkan bahan asupan yang akan dirontok ke
pintu pemasukan secara teratur sebanyak mungkin tanpa menimbulkan
overload, Tumpuklah bahan di meja pemasukan seefektif mungkin dua sampai
tiga orang diperlukan untuk melayani mesin ini.
· Kurangi pemasukan bahan bila terasa akan menjadi overloading,
terutama untuk bahan yang masih belum kering. Apabila mesin macet/ slip
karena overloading, matikan mesin, bukalah tutup mesin dan bersihkan
bagian dalamnya.
· Apabila
dirasa posisi meja pengumpan terlalu tinggi, pergunakan alat bantu meja
atau kursi untuk tempat berdiri operator pengumpan atau rendahkan
posisi dudukan mesin perontok Cegahlah jangan sampai ada benda asing
(batu, kayu, logam, mur, baut, kawat dsb) yang masuk kedalam mesin.
· Kotoran
berbentuk jerami yang keluar dari pintu pelempar jerami atau kipas
penghembus harus segera dijauhkan dari mesin, agar tidak menyumbat
saringan atau tercampur dengan gabah bersih hasil perontokan, bila perlu
gabah ditampung langsung menggunakan karung di depan mulut pintu
pengeluaran gabah.
· Apabila
proses perontokan telah selesai, mesin harus segera dibersihkan
(terutama bagian dalamnya) untuk disimpan ditempat yang bersih dan
kering, bila perlu diberi selimut agar tidak berkarat. Menyimpan mesin
dalam keadaan kotor akan menjadikannya mesin sebagai sarang hama dan
penyakit.
2.4. Kendala Permasalahan Pokok Adopsi Teknologi Power Thresher
2.4.1 Kendala Ekonomi
Beberapa kendala ekonomi yang dipandang sebagai kendala dalam penerapan adopsi power thresher adalah :
1. Lemahnya permodalan petani, karena power thresher harganya mahal (Rp. 10-12 Juta/unit tergantung kapasitas)
2. Tingginya
harga BBM (solar) yang menyebabkan meningkatnya biaya operasional power
thresher. Implikasi dari temuan ini perlu adnya dorongan dari pihak
lain baik swasta maupun pemerintah untuk memecahkan masalah permodalan
alsintan berupa :
(a) Bantuan permodalan pengadaan alsintan ditingkat petani;
(b)Pengembangan sistem sewa yang adil antara pemilik alsintan dan petani.
2.4.2. Kendala Sosial
Kendala sosial kelembagaan dalam adopsi teknologi power thresher,
1. Luas penguasaan lahan yang kecil dapat membatasi petani dalam melakukan investasi modal power thresher.
2. Sebagian
besar petani di perdesaan Pandeglang berstatus sebagai petani penggarap
dengan sistem bagi hasil makro, diduga juga membatasi petani dalam
melakukan investasi modal berupa power thresher
3. Belum berkembangnya sistim panen secara tebasan dan berkembangnya kelembagaan kelompok panen dengan keanggotaan cukup (20 orang)
4. Kurangnya
jiwa kewirausahaan (Enterpreneurship), sehingga sebagian besar petani
dan pelaku swasta kurang berani mengambil resiko dengan berinvestasi
power thresher
5. Tidak
dikehendaki oleh buruh tani dan petani lahan sempit, karena akan
mengurangi kesempatan kerja dan pendapatan berburuh panen yang telah ada
6. Rata-rata tingkat pendidikan yang rendah diperkirakan semakin sulit melakukan adopsi teknologi power thresher .
7. Eksistensi
dan dinamika kelembagaan di tingkat kelompok tani rendah, sehingga
posisi petani makin lemah dan cenderung tergantung pada program-program'
bantuan pemerintah, seperti bantuan power thresher.
2.4.3. Kendala Aspek Kebijakan Pemerintah
Kendala
Aspek Kebijakan Pemerintah adalah belum adanya bantuan power thresher
secara memadai di perdesaan Pandeglang, sehingga sebagian besar petani
belum tahu manfaat dan efektivitas penggunaan power thresher.
Berdasarkan
faktor - faktor tersebut, diperlukan pengembangan power thresher dengan
memberdayakan bengkel-bengkel yang ada di wilayah setempat dengan
menggandeng pihak swasta dan lembaga penelitian seperti Balai Besar
Mekanisasi Pertanian dalam permodalan dan perancangan alat. Di Kab.
Serang terdapat bengkel yang mampu menghasilkan power thresher yang
dijual dengan harga sekitar Rp.7 juta. Bantuan langsung dari pemerintah
pusat maupun daerah untuk power thresher maupun pedal thresher juga
sangat dibutuhkan, Namun pemberian bantuan alsintan tersebut hendaknya
disesuaikan dengan kondisi fisik, sosial-ekonomi serta kelembagaan panen
dan pasca panen yang ada di masyarakat.
2.5. Kelebihan dan Kekurangan Thresher
A. Kelebihan
ü Mobilitas tinggi (menggunakan roda transportasi).
ü Pengumpanan (Input) jerami fleksibel dengan menutup dan membuka pintu input.
ü Metode potong pendek (Through In), pengumpanan langsung jerami ke mesin perontok.
ü Metode potong panjang (Hold On), pengumpanan jerami dipegang dengan tangan.
ü Kecepatan putar kipas penghembus dapat diatur (rpm) dengan cara mengganti diameter pully kipas penghembus.
B. Kekurangan
ü Biaya awal lebih mahal.
ü Biaya perawatan lebih mahal
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian tentang pembahasan,dapat diambil beberapa kesimpulan :

1. Pedal Thresher (Thresher Semi Mekanis)
2. Power Thresher (Thesher Mekanis)





DAFTAR PUSTAKA
Fadli Rustam, di adopsi dari Modul tentang Mekanisasi Pertanian, Pemberdayaan P3A-WISMP-IMRIFakultas Pertanian. Universitas Jember ; Jember.
Irwanto, A.K., 1983, Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor; Bogor.
Purwadi, T., 1999, Mesin dan Peralatan, Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Gadjah Mada; Jogjakarta.
Sukirno. 1999, Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian .Universitas
Gadjah Mada ;Jogjakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar